Ungkapan tradisional berkembang di dalam masyarakat dengan cara oral atau lisan, artinya disebarluaskan dari mulut ke mulut. Biasanya ungkapan tradisional dipergunakan sebagai suatu cara bagaimana orang Jawa menyampaikan norma-normanya dengan tidak secara langsung. Norma-norma ini dipergunakan sebagai sistem dalam proses sosialisasi dan pengendalian sosial yang efektif.
Berikut ini disajikan beberapa ungkapan tradisional serta nilai yang terkandung.
1. Agama Ageming Aji (Agama adalah pedoman hidup raja)
Ungkapan inimengandung pengertian bahwa agama
merupakan pedoman atau pelindung bagi raja atau pemerintah, dan sesuai dengan keidupan
sosial politik bangsa kita sekarang ini yang berlandaskan Pancasila, dimana
kehidupan keagamaan menduduki tempat yang penting. Kehidupan
beragama di Indonesia dijamin dalam Pancasila Sila Pertama dan UUD 1945 pasal 29 ayat 1.
beragama di Indonesia dijamin dalam Pancasila Sila Pertama dan UUD 1945 pasal 29 ayat 1.
2. Aja Aji Mumpung ( Jangan memanfaatkan situasi)
Makna ungkapan ini memberi peringatan kepada
kita agar kita tidak memanfaatkan situasi baik untuk kepentingan sendiri, yang
justru berakibat merugikan diri sendiri.
3. Aja Cedhak-Cedhak Kebo Gubak (Jangan deka-dekat kerbau berkubang)
Ungkapan tersebut mengandung makna bahwa
hendaknya dalam pergaulan dalam masyarakat orang jangan bergaul dengan orang
jahat atau memasuki dunia orang-orang jahat, sebab dapat terpengaruh oleh
kejahatannya.
4. Aja Ndhandhang Ngelak (Jangan berlaku sebagai gagak kehausan)
Makna ungkapan ini adalah janganlah berlaku
seperti burung gagak yang sedang kehausan.Gagak yang sedang kehausan biasanya
berkao-kaok, sedangkan bunyi kaokan burung
gagak mengandung tanda akan
datangnya bahaya atau bencana. Jadi kita dalam menjalankan hidup janganlah
mendekati atau mengundang bahaya yang berakibat merugikan kita sendiri.
5. Aja Kaya wedhus Prucul ( Jangan seperti kambing tanpa tanduk)
Makna ungkapan ini adalah memberi ajaran
kepada kita agar dalam menjalankan kidupan sehari-hari selalu memperhatikan
adat dan sopan santun, serta norma, aturan hukum yang berlaku dalam masyarakat.
6. Aja Lali Marang Asale ( Janganlah lupa pada asal-usulnya)
Artinya adalah bahwa seeorang hendaknya
senantiasa ingat akan asal-usulnya, sumber atau asal-mula dilahirkan, agar
dirinya tidak lupa daratan. Maknanya adalah, agar kita bila pada suatu saat
ketika telah mencapai kesuksesan diharapkan kita tetap tawakal dan ingat bahwa
kita adalah makhul ciptaan Tuhan.
7. Aja Lali Wong Seneng Nandur Bilai (Jangan lupa orang senang menanam celaka)
Ungkapan ini memberikan pesan janganlah orang
terhanyut oleh kesenangan-kesenangan dalam hidup sebab biasanya dalam hidup
senang orang akan lengah dan berakibat akan menghancurkan dirinya sendiri.
8. Aja Leren Lamun Durung Sayah, Aja Mangan lamun Durung Luwe ( Jangan istirahat kalau belum lelah, jangan makan kalau belum Lapar)
Artinya adalah kita dalam mengerjakan sesuatu
pekerjaan kita kerjakan sampai selesai jangan setenga-setengah. Pesan dari
ungkapan ini adalah agar kita menjadi manusia yang tekun, sehingga apabila
diserahi tugas dapat diselesaikan dengan baik
9. Aja Lumuh Ing Gawe ( Jangan Enggan atau malas bekerja )
Ungkapan ini mengandung ajaran agar kita
sebagi generasi muda harus selalu bekerja keras tidak bermalas-malasan. Ajaran
ini mengajarkan kita supaya kita bermental baja menantang kehidupan yang makin
keras. Dalam perjuangan itu pasti harus diiringi semboyan dalam hati bahwa ada
kemauan pasti ada jalan.
10. Aja Mbedhol Turus ijo (Jangan mencabut turus hijau)
Makna ungkapan ini adalah agar kita dalam
hidup mentaati kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat. Pelanggaran akan
hal itu berarti menentang arus, mungkin
akan berakibat fatal. Adat istiadat dan sopan santun hendaknya dijunjung
tinggi. Tata tertib dan taat aturan atau undang-undang akan sangat berguna bagi
kelestarian bangsa dan negara ini.
11. Aja Mung Ngawula Waduk ( Jangan Hanya Berhamba Perut)Ungkapan tradisional ini mengajarkan kepada kita, bahwa dalam tata kehidupan di dunia ini, ada dua hal yaitu, yang bersifat materiil dan spirituil. Oleh sebabb itu dalam hidup manusia hendaknya kita jangan hanya mengejar salah satu saja, tetapi yang baik adalah memanfaatkan keduanya dengan cara yang berimbang dan harmonis. Sebab apabila kita hanya mengejar yang bersifat spirituil saja tanpa ingat akan hal-hal yang bersifat materiil,maka kita menjadi orang yang tidak bijaksana. Sebaliknya bila kita hanya mengejar
Mau tau 9 filosofi hujan? klik link ini gan http://aslaamn.blogspot.co.id/2018/01/filosofi-hujan.html#more
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus